The Delivery Rider
The Delivery Rider (2025) Santo adalah seorang pengantar barang (delivery rider) yang menjalani kehidupannya dengan tenang dan rutin. Ia memiliki kondisi autisme fungsi tinggi, namun tidak membiarkannya menghalangi pekerjaan atau keinginannya untuk hidup mandiri. Suatu hari, saat melakukan tugas pengantaran bersama anak asuhnya yang berusia delapan tahun, Miro, mereka tanpa sengaja menyaksikan sebuah kejahatan yang akan mengubah hidup mereka selamanya.
Insiden tersebut memaksa Santo dan Miro berada dalam pelarian dari sekelompok penjahat yang ingin memastikan saksi mata tersebut tidak berbicara. Penjahat ini dipimpin oleh tokoh yang berambisi dan berbahaya, memberikan tekanan besar terhadap Santo yang selama ini memilih hidup tenang. Ketegangan meningkat ketika Santo sadar bahwa perlindungan yang paling berharga bukan hanya bagi dirinya sendiri, melainkan bagi Miro yang sangat ia sayangi dan anggap seperti anaknya sendiri.
Dalam pelarian, Santo tidak hanya menghadapi fisik: ia harus menghadapi berbagai tantangan emosional dan sosial akibat kondisinya. Film ini menggambarkan dengan sensitif bagaimana seorang individu dengan autisme menavigasi dunia yang penuh tekanan dan kekerasan—bahwa keberanian datang dalam berbagai bentuk. Dengan dukungan dan rasa tanggung-jawab terhadap Miro, Santo belajar memilih untuk tetap baik dan menjaga nilai kemanusiaan di tengah keganasan yang mengintai.
Puncak cerita membawa pada konfrontasi yang tidak hanya sebuah pertarungan fisik antara Santo dan musuhnya, tetapi juga pertarungan moral: antara memilih jalur kekerasan atau mempertahankan kasih sayang dan kepercayaan. Di akhir, film ini menyampaikan bahwa kekurangan atau perbedaan bukanlah kelemahan — dan bahwa cinta, tanggung jawab, dan keberanian bisa mengambil wujud yang sangat nyata di dalam sosok yang dianggap “berbeda”. Penonton diajak merenungkan bahwa orang yang paling “kuat” kadang bukan yang paling tampak atau paling keras, tetapi yang memilih untuk melindungi dan menjaga dengan hati.

0 Comments