
Retro
Retro dibuka dengan latar spiritual dan era 1960-an di Thoothukudi, di mana seorang bayi lahir dengan tanda luka menyerupai trisula—sebuah pertanda penting. Bayi tersebut diadopsi oleh Sandhya, istri penyandang kekuasaan gangster Thilagan, meskipun Thilagan menolaknya. Saat masih anak-anak, Paari (Paarivel “Paari” Kannan) menyelamatkan nyawa Thilagan dari ambush, membuatnya diterima—walau tetap dalam peran kasar sebagai eksekutor kriminal.
Sebagai pemuda, Paari jatuh cinta pada Rukmini, seorang dokter hewan yang menjunjung damai, yang menjadi kekuatan emosional dalam hidupnya. Cinta mereka menjadi dorongan baginya untuk meninggalkan dunia kriminal. Sayangnya, Thilagan memandang keputusan ini sebagai pengkhianatan, memicu konflik yang membuat Paari dipenjara dan Rukmini menghilang.
Paari kabur dari penjara setelah bertahun-tahun, lalu menjalin misi untuk menemukan Rukmini dan menguak kebenaran tentang asal-usulnya. Perjalanan membawanya ke Kepulauan Andaman, di mana ia menemukan sebuah kultus kekerasan bernama Kaala Kuthirai yang menyelenggarakan pertarungan manusia di arena dan memperdagangkan organ korban. Lebih mengejutkan lagi, kultus ini ternyata memiliki kaitan dengan masa lalu Thilagan sebagai anggota — hal ini memperdalam konflik batin dan menciptakan klimaks berlapis antara ayah dan anak.
Film ini terbagi atas tiga bab—“Love”, “Laughter”, dan “War”—dan menonjolkan perpaduan genre yang ambisius: romansa, aksi, komedi gelap, dan mitologi simbolis. Suriya (Paari) mencuri perhatian dengan performa menawan, terutama melalui adegan lagu berdurasi panjang—“Kanimaa”—yang dieksekusi dalam satu long-take sinematik memukau . Secara visual dan musikal, karya ini mendapat pujian: musik oleh Santhosh Narayanan dan sinematografi oleh Shreyaas Krishna memberikan nuansa retro yang kuat. Namun, kritikus mencatat narasi menjadi berat di bagian kedua—terasa terlalu penuh dengan subplot dan alur yang terpecah, sehingga emosional resonansi dan kohesi cerita terganggu.
0 Comments