Hedda (2025) Di tengah kota modern yang dipenuhi cahaya dan kesibukan, hidup Hedda Larsen, seorang penulis drama berbakat yang selama ini dikenal dengan karya-karyanya yang gelap dan penuh teka-teki. Meski kariernya tampak cemerlang, Hedda terjebak dalam krisis batin setelah kehilangan suaminya secara misterius setahun lalu. Ia kembali ke panggung teater untuk menulis lakon baru, berharap seni bisa menjadi pelarian, namun setiap kata yang ia tulis justru memanggil kembali bayang-bayang masa lalu yang tak pernah selesai.

Saat proses latihan dimulai, Hedda mulai menyadari sesuatu yang aneh: dialog dalam naskahnya tiba-tiba berubah sendiri, adegan-adegan baru muncul tanpa ia menulisnya, dan para aktor mulai merasakan kehadiran ganjil di balik panggung. Seorang aktor pendatang baru, Liam, mengaku mendengar suara samar membisikkan arahan dari kegelapan auditorium. Hedda awalnya mengira ini hanya stres dan paranoia, hingga ia menemukan catatan rahasia di balik properti lama—catatan yang tampaknya ditulis oleh suaminya sebelum menghilang.

Perlahan, panggung teater berubah menjadi labirin psikologis. Kisah yang Hedda ciptakan mulai menyatu dengan kehidupan nyata, memb blur batas antara realita dan imajinasi. Obsesi, kecemburuan, dan rasa bersalah menghantui setiap sudut ruangan latihan. Liam semakin terikat dengan skenario misterius itu, sementara Hedda diseret lebih dalam ke dunia naskah yang hidup—di mana setiap adegan terasa seperti pesan dari seseorang yang ingin kembali, atau mungkin… ingin menuntut balas.

Saat malam pertunjukan tiba, Hedda dihadapkan pada pilihan mengerikan: mengungkap kebenaran tentang suaminya di depan dunia, atau membiarkan tragedi yang tersimpan di balik tirai tetap terkubur. Tapi panggung telah menunggu, tirai harus terbuka, dan cerita harus mencapai akhirnya—meski harus mengorbankan jiwa penulisnya sendiri. Hedda adalah drama psychological-mystery yang menyelami batas kewarasan, ambisi seni, dan rahasia kelam yang menolak dilupakan.