Good News berlatar tahun 1970, terinspirasi oleh peristiwa nyata pembajakan pesawat Japan Airlines Flight 351 oleh anggota Red Army Faction, sebuah kelompok militan dari Jepang. Pesawat tersebut hendak diterbangkan menuju Pyongyang, Korea Utara, sebagai tempat suaka politik. Namun, karena tidak ada kesepakatan penerbangan langsung dari Jepang ke Korea Utara, misi tersebut segera menghadapi berbagai rintangan dan komplikasi teknis.

Setelah pembajakan terjadi, muncul kekhawatiran internasional. Pemerintah dan badan intelijen dari Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat mulai bekerja sama dalam upaya penyelamatan, meski masing-masing punya kepentingan dan agenda tersembunyi. Di tengah kekacauan diplomatik dan ketakmerataan informasi, seorang fixer misterius yang dikenal hanya sebagai “Nobody” dilibatkan. Dia memiliki tugas sulit untuk menavigasi diplomasi, strategi militer, dan tekanan politik agar situasi tidak menjadi bencana internasional.

Lieutenant Seo Go-myung, perwira Angkatan Udara yang ambisius, juga menjadi bagian dari operasi rahasia ini. Di bawah arahan Direktur Intelijen Korea Park Sang-hyeon, ia harus terlibat dalam strategi “double hijack” dari darat, sebuah operasi yang sangat berisiko dan rumit. Konflik muncul bukan hanya dari ancaman pembajak, tapi juga dari ego, kepentingan nasional, birokrasi yang lamban, dan tekanan politik antar negara.

Melalui kombinasi ketegangan thriller dan humor gelap, Good News menjelajahi tema propaganda, kebenaran yang dibelokkan, dan bagaimana sistem pemerintahan dan aparat bisa tampak lemah saat dihadapkan pada krisis. Operasi penyelamatan menjadi panggung bagi ambisi pribadi, kepentingan politik, dan dilema moral. Sementara rencana‑menjebak pembajak melalui penyamaran bandara dan manipulasi komunikasi udara berjalan, film ini terus mempertanyakan: seberapa jauh manusia rela berbohong demi menyelamatkan muka, dan apakah kebenaran selalu sejelas yang terlihat?