
Everything’s Going to Be Gre
Everything’s Going to Be Gre Keluarga Smart—Buddy dan Macy—mengelola sebuah teater regional di Kansas bersama kedua putranya: Lester yang eksentrik dan penuh imajinasi, serta Derrick, sang atlet remaja yang lebih memilih sepak bola daripada panggung drama. Buddy, sang ayah, memiliki ambisi besar: memperluas jangkauan teater mereka bahkan hingga kota besar seperti Milwaukee, dan meminta suara keluarga dalam membuat keputusan besar ini.
Keputusan untuk pindah ternyata memicu ketegangan. Setelah pindah ke teater baru, Buddy sulit menarik penonton, sementara Macy semakin kewalahan dengan rutinitas sehari-hari dan tekad tak kenal lelah suaminya—meski dulunya dia adalah seorang putri kecantikan. Konflik memuncak ketika Lester tanpa sengaja menyaksikan Macy berselingkuh, memicu ketegangan emosional yang mendalam di antara ibu dan anak.
Tragedi melanda ketika Buddy, yang diabaikannya peringatan dokter tentang kondisi jantungnya, tiba-tiba meninggal karena serangan jantung saat membeli champagne sebagai perayaan. Kehilangan ini membawa keluarga pada krisis—kehilangan tempat tinggal dan sumber penghasilan, memaksa mereka menumpang di rumah kakak Macy, Walter, yang tinggal di sebuah peternakan. Dalam situasi ini, hubungan antar saudara pun diuji. Derrick mengungkapkan rasa irinya karena menganggap Lester lebih mampu beradaptasi, sementara Lester malah menantang cita-citanya: “Dalam lima tahun, aku akan berhasil di New York.”
Berkat dukungan Walter, Macy mulai perlahan sembuh dari depresi—bahkan pada hari ulang tahunnya, Lester berhasil menghiburnya dengan hadiah simbolik berupa Alkitab yang ternyata ia beli sendiri. Dia juga mengambil posisi manajer di teater New Jersey, memfokuskan produksi pada karya-karya Neil Simon. Derrick, yang dulu menjauh, kini kembali fokus pada sekolah dan sepak bola, sementara Lester tetap mengejar impian di dunia teater dengan imajinasi yang hidup. Kisah ini menutup dengan nuansa harapan dan penerimaan—bahwa meski segala sesuatunya tidak selalu ‘great’, kebersamaan dan keberanian untuk melanjutkan hidup adalah panggung sejati.
0 Comments