Dragon (2025) Raghavan adalah mahasiswa yang meraih medali emas dalam mata pelajaran komputer di kelas 12, dan punya impian melanjutkan ke perguruan tinggi, kemudian kuliah master di luar negeri. Namun, setelah cintanya, Keerthy, menolak lamarannya karena ia dianggap tidak cukup “berani” dan terlalu mematuhi aturan, Raghavan berubah total. Dia keluar dari kuliah di semester terakhir dan mulai hidup dengan reputasi buruk — menumpuk 48 “arrears” (mata kuliah yang belum lulus) dan menjadi sosok yang dikenal nakal.

Karena dorongan untuk membuktikan dirinya—tak hanya pada Keerthy tetapi juga pada masyarakat—ia kejar jalan pintas menuju kesuksesan. Raghavan menggunakan sertifikat palsu dari sebuah agen, memanipulasi situasi di perusahaan multinasional agar bisa lulus ujian wawancara, dan akhirnya mendapat pekerjaan yang gaji tinggi serta pangkat yang makin meningkat. Ia membeli rumah besar untuk orangtuanya dan mobil mewah, merayakan keluarga, serta terlihat berhasil di mata publik.

Namun, kebohongannya mulai terancam terbongkar ketika ia ditantang untuk menyelesaikan semua arrears-nya dalam satu semester agar reputasinya tetap aman—terutama agar pernikahannya dengan Pallavi tidak batal dan orangtua calon besannya tidak kecewa. Untuk itu, ia harus kembali ke kuliah sembari bekerja—sebuah kombinasi yang berat dan penuh tekanan. Selain itu, ada kehadiran “Kutty Dragon,” junior di kampus yang mengikuti jejaknya, serta dinamika lama dengan Keerthy yang kini menjadi dosen di kampusnya sendiri.

Di babak akhir, Raghavan menghadapi dilema moral besar: apakah mempertahankan kebohongan demi status dan kenyamanan, atau mengaku, mempertanggungjawabkan kesalahan, dan memilih jalan yang lebih sulit tapi jujur. Film ini tidak hanya menampilkan kejatuhan dan kebangkitan, tetapi juga menunjukkan bahwa kesuksesan yang dibangun di atas kebohongan membawa beban yang tak mudah dipikul. Akhirnya, filmdengan tegas mengajak penonton merenungkan makna integritas, harga diri, dan bagaimana pilihan kita membentuk siapa kita sebenarnya.