ConMom (2025) Setelah lama bertahan dalam pernikahan yang penuh kekerasan dan penyiksaan emosional, Marielle, seorang mantan aktris teater, akhirnya memutuskan untuk berpisah dari suaminya demi kesehatannya sendiri dan demi masa depan putrinya, Lila. Namun masalah baru muncul ketika sang ayah, yang tinggal di luar negeri, berniat membawa Lila tinggal bersamanya di Amerika Serikat. Marielle, yang sangat mencintai putrinya, tak rela kehilangan kesempatan untuk terus ikut serta dalam kehidupan Lila.

Dalam usaha untuk tetap dekat dengan putrinya, Marielle memakai taktik yang tak biasa: menyamar dalam bermacam‑macam identitas. Mulai dari menjadi tukang kebun, pekerja kafe, bahkan petugas pengantar paket — identitas‑identitas tersebut dipakai agar ia bisa berinteraksi dengan Lila tanpa sepengetahuan ayahnya. Teman‑teman lamanya ikut membantu, menawarkan dukungan moral (dan terkadang lucu) dalam menyiapkan kostum, akting, dan pengaturan agar “penyamaran” Marielle berhasil.

Namun tidak mudah menjaga rahasia panjang dan tindakan yang penuh tipu muslihat. Marielle harus berhati‑hati agar Lila tetap aman, tidak terluka secara emosional, dan agar ayahnya tidak curiga. Pada saat yang sama, tekanan emosional dari masa lalu—trauma dari pernikahan yang abusif, rasa takut terhadap konfrontasi, dan dilema moral antara kejujuran dan kebutuhan untuk melindungi—semakin menumpuk. Teman‑temannya pun menghadapi risiko dan konsekuensi dari ikut membantu “operasi” yang penuh tipuan ini.

Konflik mencapai puncaknya saat identitas penyamaran Marielle semakin sulit untuk dipertahankan dan kebenaran mulai mendekati terungkap. Ia harus menentukan sejauh mana ia rela berbohong untuk melindungi anaknya, dan kapan risiko dari penyamaran itu akan terlalu besar. Selain adegan‑menegangkan, film juga menampilkan momen penuh kehangatan, pengorbanan, dan hubungan ibu‑anak yang abstrak menjadi sangat nyata. ConMom adalah kisah tentang cinta seorang ibu, batas moral yang ia jalani, dan sampai di mana seseorang akan pergi demi cinta tersebut.