Absolute Dominion

Absolute Dominion Pada tahun 2063, umat manusia terjebak dalam perang suci global yang menghancurkan berbagai kota dan mengguncang tatanan dunia. Untuk menghentikan kekacauan ini, para pemimpin dunia menetapkan sebuah solusi mengejutkan: menggelar turnamen bela diri brutal bernama The Battle of Absolute Dominion. Juara turnamen ini akan dipilih sebagai wakil satu agama yang agama-nya akan menjadi agama resmi bagi umat manusia, demi memulihkan kedamaian.

Tokoh utama, Sagan Bruno (Désiré Mia), adalah petarung unggulan dari Institute of Humanism and Science (IHS), organisasi sekuler yang menolak keyakinan agama tradisional. Sebagai “wild card”, sang juara genetis ini dipersiapkan untuk bertanding melawan para petarung dari beragam agama. Namun, ia juga rentan mengalami serangan, termasuk efek narcolepsy yang mengganggu fokusnya. Dibantu oleh Naya (Andy Allo) sebagai personal protection officer dan orang tuanya—ayahnya adalah Dr. Jehuda (Alex Winter) serta ibunya sebagai psikiater—Sagan berjuang memahami posisinya yang diharapkan membawa perubahan besar.

Turnamen, digelar di sebuah fasilitas futuristik, tidak hanya menjadi arena fisik, tetapi juga panggung diplomasi global. Narator serta komentator seperti Ceylon (Alok Vaid‑Menon) menambah nuansa acara reality-show, sementara strategi politik dari pihak militer diwakili oleh tokoh seperti Commander Zimmer (Julie Ann Emery), yang merasa khawatir posisi Sagan dapat menciptakan instabilitas jika ia berhasil.Cerita menggabungkan hiruk-pikuk aksi turnamen dengan intrik politik di balik layar, membentuk ketegangan antara kekerasan dan diplomasi.

Secara keseluruhan, Absolute Dominion menyuguhkan premis yang menantang, namun menurut beberapa kritikus, pelaksanaannya terasa kurang mantap. Koreografi laga mendapat pujian karena dilandasi pengalaman beladiri sang sutradara, Lexi Alexander, namun elemen emosional, dialog, dan rancangan dunia dianggap dangkal—menghasilkan satu tontonan yang menarik bagi penikmat aksi, tetapi kurang menggugah kedalaman karakter dan tema.Film ini menawarkan aksi sci‑fi yang dinamis dan sekaligus menjadi bahan refleksi soal agama, kekuasaan, dan eksistensi—namun dengan eksekusi yang tidak sepenuhnya memuaskan.

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *