Viridian

Viridian dimulai dengan sebuah liburan berburu yang digagas sebagai kesempatan untuk mempererat ikatan keluarga. Anggota keluarga yang berkendak menikmati akhir pekan di hutan berharap momen ini bisa menjadi pelarian dari rutinitas dan tekanan hidup sehari‑hari. Mereka tiba di tempat terpencil, dengan suasana hutan yang indah namun menyimpan mood misterius — sebagai latar yang ideal untuk konflik yang akan muncul.

Namun tragedi tak terduga terjadi: sesosok orang asing muncul di hutan dan tanpa sengaja tertembak. Tidak ada yang mengaku menekan pelatuk, sehingga perdebatan internal pun mulai muncul. Apakah ini benar‑benar kecelakaan? Ataukah ada unsur kesengajaan atau pengkhianatan?

Ketika rasa bersalah, ketakutan, dan kebingungan mulai menyusup, atmosfer keluarga berubah. Kecurigaan antaranggota keluarga tumbuh; setiap orang mulai mempertanyakan motif dan memori mereka sendiri. Dialog yang sebelumnya hangat berubah penuh tuduhan, rahasia lama muncul ke permukaan, dan tekanan emosional meningkat. Semakin lama, hubungan antar anggota keluarga yang sebelumnya akrab berubah tegang dan retak di tengah rasa takut bahwa kebenaran bisa lebih gelap daripada yang pernah mereka duga.

Akhirnya Viridian mengajak penonton mempertanyakan seberapa jauh seseorang siap menanggung konsekuensi dari sebuah tindakan — baik yang disengaja maupun yang tampak tak sengaja — dan bagaimana kebenaran bisa menjadi barang yang pahit. Dalam tekanan moral, integritas keluarga diuji: memilih untuk jujur dan menghadapi akibatnya, atau terus menutup‑tutupi dengan dalih perlindungan? Film ini tidak hanya thriller tentang insiden satu malam di hutan, tetapi juga kajian psikologis tentang rasa bersalah, kepercayaan, dan betapa tipisnya batas antara kecelakaan dan kesengajaan.

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *