Queen of the Ring

Queen of the Ring 2025 adalah biopik olahraga Amerika yang disutradarai serta ditulis oleh Ash Avildsen, berdasarkan buku karya Jeff Leen tentang legenda gulat wanita Mildred Burke. Dibintangi oleh Emily Bett Rickards sebagai Burke, film ini dibuka dengan latar tahun 1930–1950-an, saat gulat profesional menjadi bisnis maskulin yang hampir sepenuhnya menutup pintu bagi atlet wanita. Saat itu, Burke bekerja sebagai pelayan di kota kecil, menghidupi anaknya sendirian, dan akhirnya memutuskan untuk memasuki dunia gulat bawah tanah — sebuah pilihan yang radikal dan berbahaya bagi seorang ibu tunggal di Amerika era itu.

Mildred memulai dari gulat di karnaval lokal—bela diri yang dianggap “sampingan” oleh dunia olahraga resmi. Namun kegigihannya membuat promotor Billy Wolfe (diperankan oleh Josh Lucas) tertarik. Meskipun menikah dengan Billy dan berjuang bersama, hubungan mereka dibalut ambiguitas: ia adalah manajer sekaligus sosok yang mendominasi karier bahkan keuangan Mildred. Lewat pelatihan intens, pertunjukan fisik yang memukau, dan hubungan yang rumit, Burke berkembang menjadi atlet profesional pertama yang menembus batas gender di dunia sport entertainment Amerika.

Konflik memuncak saat Burke harus berhadapan dengan June Byers—yang diperankan oleh Keiley Farmer—yang pernah menjadi kader Wolfe sebagai “Texas Tornado”. Duel mereka dalam pertandingan kejuaraan dunia tahun 1954 mengarah ke insiden tak terduga: alih-alih pertandingan palsu biasa, berubah jadi pertarungan “shoot” nyata tanpa skrip. Burke bisa mempertahankan gelarnya lewat keputusan no-contest, padahal kekuasaan Wolfe dan wrestling elit mulai berbalik arah. Konflik keluarga dan profesional menimbulkan kehancuran—perceraian dari Wolfe terjadi saat kariernya berada puncak daya tarik.

Film ditutup dengan Burke membawa gulat wanita ke tingkat internasional, termasuk memperkenalkan olahraga ini ke Jepang—sebuah langkah kecil tetapi monumental dalam sejarah. Ia menjadi atlet wanita pertama yang digaji jutaan dolar, serta juara dunia wanita dengan masa jabatan terlama di dekade 1950-an. Meski sempat terlupakan, kisahnya kembali hidup di generasi baru yang menghargai peran serta pantasnya dalam memecah stereotip gender di ranah olahraga. Film ini menyampaikan pesan kuat: kemenangan terbesar bukan hanya soal gelar, tapi tentang menolak batas yang dipaksakan oleh budaya, membuka peluang bagi atlet wanita, dan membuktikan diri sebagai pionir melawan arus sosial yang tak ramah.

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *