Rich Flu

Rich Flu sebuah film thriller distopia yang dibesut oleh sutradara Galder Gaztelu‑Urrutia. Dunia gempar ketika sebuah penyakit misterius mulai menyebar — namun tidak seperti virus biasa, Rich Flu hanya menyerang orang-orang kaya. Dimulai dari para miliarder, virus ini perlahan menginfeksi jutawan, lalu siapa saja yang memiliki kekayaan di atas rata-rata. Ketakutan menyebar lebih cepat daripada virusnya sendiri, memicu gelombang panik di kalangan elit global. Dalam waktu singkat, status sosial yang dulu menjadi simbol kekuatan berubah menjadi beban mematikan. Kekayaan tak lagi menjanjikan keamanan, melainkan menjadi ancaman yang nyata.

Di tengah kekacauan, Laura Palmer (diperankan oleh Mary Elizabeth Winstead), seorang wanita sukses dan penuh ambisi, mendapati hidupnya runtuh saat ia termasuk dalam daftar orang-orang yang “terlalu kaya untuk selamat”. Bersama suaminya Toni (Rafe Spall) dan putrinya, Laura harus menghadapi dilema antara mempertahankan gaya hidupnya atau menyerahkan semuanya demi bertahan hidup. Dalam pelariannya, mereka bertemu banyak orang dengan nasib serupa — beberapa berusaha menjual seluruh harta mereka, sementara yang lain berjuang mempertahankan apa yang tersisa, walau harus mengorbankan moralitas.

Ketika struktur sosial mulai hancur dan sistem ekonomi kehilangan maknanya, masyarakat menghadapi realitas baru: orang-orang berebut untuk menjadi miskin. Mereka mengemis agar tidak dicurigai sebagai orang kaya, menjual rumah, perhiasan, bahkan identitas diri. Pemerintah tumbang, pasar ambruk, dan dunia berubah menjadi anarki yang dibalut kepanikan kolektif. Laura, yang awalnya hanya berusaha menyelamatkan keluarga, perlahan terseret ke dalam pusaran moral yang lebih dalam — mempertanyakan apa arti kekayaan, kepemilikan, dan nilai hidup manusia itu sendiri.

Rich Flu bukan sekadar film thriller dengan premis unik, tapi juga sindiran tajam terhadap ketimpangan sosial dan obsesi manusia pada status. Melalui narasi yang provokatif dan visual yang penuh tekanan, film ini mengajak penonton merenungkan: bagaimana jika satu-satunya cara untuk selamat… adalah kehilangan segalanya? Galder Gaztelu‑Urrutia sekali lagi berhasil menciptakan distopia yang menyakitkan namun penuh makna — menelanjangi wajah kemanusiaan di tengah runtuhnya kapitalisme ekstrem.

0 Comments

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published. Required fields are marked *